19 August 2007

Luck and Exist Limitless Opportunities

By: ARDA DINATA
Email:
arda.dinata@gmail.com
Filed In/ Content: Reseller and Motivation.


Luck is the sense to recognize an opportunity and the ability to take advantage of it.
[Zig Ziglar]

There exist limitless opportunities in avery industry, where there is an open mind, there will always be a frontier.
[Charles F. Kattering]

Luck is good things that happen to you by chance.
Chance; the force that causes good or bad things to happen to people.

Ya, saya yakin setiap orang pasti mengharapkan keberuntungan dalam hidupnya. Betapa bahagianya kalau hidup kita setiap hari diselimuti suatu keberuntungan dan keberkahan. Namun demikian, tentu untuk mendapatkan keberuntungan tidaklah mudah. Di sini diperlukan suatu strategi dan usaha yang sungguh-sungguh.

Dalam hal ini, Zig Ziglar mengungkapkan bahwa keberuntungan adalah perpaduan antara naluri untuk melihat setiap kesempatan dan kemampuan meraihnya. Jadi, apabila Anda ingin meraih suatu keberuntungan, maka hal pertama yang perlu diasah dan digali adalah berupa naluri untuk melihat tiap-tiap kesempatan yang ada. Untuk menggapai hal ini, tentu butuh ilmu, waktu dan perlu kesabaran dalam membangunnya.

Tanpa ilmu dan usaha secara terus menerus dalam menggali naluri beberapa kesempatan dalam bisnis, maka saya yakin hal itu jauh panggang dari api. Anda akan sulit meraih kesempatan itu. Jadi, janganlah bosan untuk terus menambah ilmu.

Dengan terus menambah ilmu, dampak lainnya adalah kita akan lebih mudah lagi dalam meningkatkan kemampuan dalam meraih apa yang kita cita-citakan dalam bisnis yang sedang dibagun.

Pokoknya, Anda harus yakin bahwa keberuntungan itu adalah miliki setiap orang. Yakni orang-orang pilihan-Nya yang sesuai dengan kadar usahanya. Maka pantas saja, Charles F. Kettering mengatakan, “Dalam setiap industri terdapat kesempatan yang tak terbatas, di mana ada pikiran yang terbuka, maka akan selalu terdapat batasan baru.”

Akhirnya, jangan sia-siakan kesempatan dalam hidup ini untuk selalu membangun nurani kita dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat. Hanya dengan ilmu-lah hidup kita akan terasa indah dan menyenangkan. Semoga kesuksesan dan keberuntungan selalu menyertai kita semua. Amin. Waallahu’alam.***


Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, http://www.miqra.blogspot.com.

ADA EBOOK GRATIS SEBAGAI BONUS YANG WAJIB ANDA BACA:
· Buku Sukses Untuk Anda. Klik di sini ….

· Peta Harta Karun, Menulis Buku & Menerbitkannya Sendiri, dll klik disini…

Opportunities to Achieve Big Successes

By: ARDA DINATA
Email:
arda.dinata@gmail.com
Filed In/ Content: Reseller and Motivation.


Sooner or later, every business man has his big opportunities to achieve big successes. He must be able to recognize them when they present themselves, and he must also possess imagination, ability and willingness to work hard – the elements needed to make the most of his opportunities.
[J.P. Getty]

Keberhasilan itu merupakan milik orang-orang yang mengusahakan, bukan orang-orang yang mengharapkannya. Begitu pun dengan mereka yang ingin menemukan kesempatan besar untuk mencapai keberhasilan dalam hidupnya, maka ia harus melakukan usaha-usaha ke arah itu. Francis Bacon mengungkapkan orang bijaksana lebih banyak menciptakan kesempatan daripada yang mereka temukan.

“Wise people make more opportunities that they find,” kata Francis Bacon.

Ya, bagi siapa pun Anda yang ingin mengharapkan sesuatu kesempatan besar untuk mencapai keberhasilan, maka kuncinya Anda harus tidak henti-hentinya berusaha menggapai kesempatan itu lebih banyak daripada yang dilakukan oleh orang lain.

Melalui pola pikir dan perilaku yang dilakukan terus menerus dalam menjalankan usaha yang Anda geluti selama ini, maka saya yakin kesuksesan itu akan menghampiri usaha Anda. Bukankah, kesuksesan itu akan datang menghampiri bagi mereka yang mengusahakannya, bukan pada mereka yang mengharapkannya. Untuk itu, lakukanlah! Dan jangan cepat putus asa.

Paling tidak, apa yang dikatakan J.P. Getty di atas, telah menyemangati kita bahwa: cepat atau lambat, setiap pengusaha akan menemukan kesempatan besar untuk mencapai keberhasilan. Ia harus mampu melihat setiap kesempatan begitu kesempatan itu muncul, dan ia juga memiliki imajinasi, kemampuan, serta keinginan untuk bekerja keras sebagai unsur yang diperlukan untuk memperoleh kesempatan.

Di sini, ada tiga hal yang harus dibangun dalam diri Anda yang ingin menjadi seorang pengusaha sukses. Pertama, memiliki imajinasi. Yaitu memiliki daya angan-angan tentang sesuatu keinginan dari bisnis yang akan dikembangkan. Melalui imajinasi inilah, suatu produk bisnis akan terus dikembangkan agar hasilnya lebih baik dan lebih baik lagi. Untuk mewujudkan imajinasi ini, Anda disarankan untuk selalu menambah referensi tentang gambaran-gambaran yang terkait dengan imajinasi bisnis yang sedang Anda kembangkan.

Kedua, memiliki kemampuan untuk mewujudkan imajinasi. Ya, setelahnya Anda mampu menciptakan gamabran-gambaran sebagai realisasi dari imajinasi bisnis Anda, maka tugas selanjutnya adalah Anda harus memiliki kemampuan untuk merealisasikannya dalam bentuk yang nyata. Artinya, imajinasi bisnis itu harus betul-betul dapat direalisasikan, bukan hanya sekedar angan-angan belaka. Di sinilah akan ditemukan banyak kendala dan tantangan yang menghadang. Walau demikian, bagi Anda yang betul-betul berjiwa besar, pasti tidak gampang menyerah dalam mewujudkan imajinasi yang telah Anda rancang sebelumnya. Inilah, yang membedakan orang-orang yang sukses dengan orang-orang yang cepat menyerah.

Ketiga, keinginan untuk bekerja keras. Ya, hanya usaha yang dilakukan secara cerdas dan tanpa mudah menyerahlah yang merupakan modal untuk menggapai dan menemukan kesempatan besar untuk menciptakan keberhasilan. Di sini, harus dipatri betul dalam pikiran kita bahwa bekerja keras dan cerdas ini merupakan unsur yang sangat diperlukan dalam meraih kesempatan (sukses) dalam hidup ini.

Akhirnya, lukukanlah ketiga hal tersebut secara terencana dan terus menerus. “Bukankah untuk mendapatkan satu ons emas, Anda harus memindahkan berton-ton tanah,” demikian kata Andrew Carnegie. Waallahu’alam.***

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, http://www.miqra.blogspot.com.

ADA EBOOK GRATIS SEBAGAI BONUS YANG WAJIB ANDA BACA:
· Buku Sukses Untuk Anda. Klik di sini ….

· Peta Harta Karun, Menulis Buku & Menerbitkannya Sendiri, dll klik disini…

Obstacles and Opportunity

By: ARDA DINATA
Email:
arda.dinata@gmail.com
Filed In/ Content: Reseller and Motivation.


Entrepreneurs are simple. Those who understand that there is little difference between obstacle and opportunity and are able to turn both to their advantage.
[Victor Kiam].

Apa yang dikatakan oleh Victor Kiam di atas, tentu benar adanya, bila kita renungi dan telaah dari para pengusaha sukses di belahan dunia ini. Ya, para pengusaha itu merupakan orang-orang yang sederhana, tapi sungguh luar biasa hidupnya. Yakni, mereka memahami bahwa ada sedikit perbedaan antara hambatan dan kesempatan, namun mampu mengubah keduanya agar menguntungkan bagi mereka.

Dengan kesederhanaannya, seorang pengusaha justru mampu merubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Mereka sangat memahami kehidupan ini dalam dua koridor yang meski dijalani yaitu hambatan dan kesempatan. Dua mata uang inilah yang mereka ushakakan untuk menyatukannya menjadi sesuatu yang menguntungkan dalam bidang usaha yang digelutinya.

Para pengusaha itu tidak henti-hentinya melakukan reseller dari kemampuan dirinya untuk menghalau setiap hambatan menjadi sebuah kesembatan berbenah diri. Sebaliknya, ia tidak mensia-siakan kesempatan yang ada di depan mata dan lingkungannya. Dan bahkan kesempatan itu, ia coba ciptakan setiap saat. Menciptakan kesempatan tiada henti. Apa pun yang ia lihat, dengar, dan rasakan itu akan ia oleh menjadi suatu peluang bisnis. Inilah sesungguhnya rahasia dari para pengusaha yang sukses.

Lalu, apakah usahanya selalu sukses? Tentu, tidak! Tapi, inilah luar biasanya jiwa pengusaha yang sejati. Apa pun yang dihasilkannya, jiwanya harus bersikap optimis. Ya, selalu berpikir positif. Inilah modal dasar yang paling berharaga dari seorang pengusaha yang ingin sukses.

Di sini, yang meski dipahami dari dua sisi mata uang (hambatan dan kesempatan) itu adalah bahwa hambatan itu sifatnya sementara. Ia hanya bersifat menahan, merintangi, dan menghalangi. Jadi, secara nyata melalui usaha untuk merubahnya hal itu dapat dihilangkan, disingkirkan dan dirubah menjadi suatu kesempatan.

Untuk itu, jangan pernah menyerah bila dalam usaha ini kita menhadapi hambatan, karena bisa jadi hambatan itu sendiri yang menciptakan kesuksesan dari peluang usaha yang baru nantinya. Apalagi bila jelas-jelas kesempatan itu ada di depan mata kita. Segera ambil! Bukankah kesempatan itu merupakan peluang atau keluasan yang belum tentu datang dua kali. Oleh karena itu, jangan pernah buang-buang kesempatan yang ada, sekecil apa pun.

Akhirnya, lakukanlah yang terbaik dalam hidup ini. Yakni pahami bahwa ada sedikit perbedaan antara hambatan dan kesempatan. Dan bila Anda ingin sukses menjadi seorang pengusaha. Apa pun usaha reseller (menjual) yang dilakukan, maka Anda harus mampu mengubah keduanya (hambatan dan kesempatan) itu agar menguntungkan bagi usaha yang kita lakukan. Waallahu’alam.***

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, http://www.miqra.blogspot.com.

ADA EBOOK GRATIS SEBAGAI BONUS YANG WAJIB ANDA BACA:
· Buku Sukses Untuk Anda. Klik di sini ….

· Peta Harta Karun, Menulis Buku & Menerbitkannya Sendiri, dll klik disini…

16 August 2007

Kreativitas, Kunci Mengatasi Stagnasi Bisnis

Penulis: ARDA DINATA
Email:
arda.dinata@gmail.com
Filed In/ Content: Reseller, Marketing, Motivation, Inspirasi Bisnis & Wirausaha.

Pakar Mathematical Financial Planning, Steve Asikin, PhD., mengungkapkan bahwa orang yang punya sikap baik, punya ketrampilan baik, dan pengetahuan baik, diharapkan akan berprestasi baik. Cuma masalahnya, ada orang tertentu yang punya ketekunan di detil. Ada orang tertentu yang tidak detil, tetapi punya kreativitas tinggi. Ada orang tertentu yang bisa memutuskan dan berpikir secara baik. Karena itu ternyata harus dilakukan pemahaman terhadap bakat orang secara keseluruhan.

Berkait dengan itu, ternyata dalam dunia bisnis dan berwirausaha pun, keberadaan unsur kreativitas ini memiliki peranan yang sangat penting. Sehingga ada sebuah ungkapan yang menyebutkan bahwa kreativitas memang menjadi keharusan untuk mengatasi stagnasi bisnis/usaha di tanah air. Hal ini didasarkan atas kondisi keuangan, politik, mengecilnya investasi, ketidak stabilan ekonomi, dll., sehingga memaksa para pembisnis untuk berpikir kreatif dalam mengembangkan bisnisnya.

Beberapa sosok manusia kreatif berikut ini, bisa kita contoh perjalanan hidupnya dalam mengembangkan bisnisnya antara lain: Bob Sadino yang terkenal itu; Purdie E Candra dengan Primagama-nya; Sukyatno Nugroho dengan Es Teler 77; Sosrodjojo dengan Teh Botol Sosro-nya; almarhum Tirto Utomo dengan aqua-nya; atau Haji Masfuk sebagai Bupati Lamongan, Jawa Timur, dengan usaha membangun jiwa entrepreneur pada dinas-dinas di bawah pemerintahannya.

Yang menarik kalau kita cermati lebih jauh, misalnya dari sosok Haji Masfuk ini, dalam sejarah perjalanan waktunya sebelum menjadi seorang bupati, ternyata beliau sudah mencoba menjadi seorang wirausaha. Uniknya, modal awalnya bukan uang, namun tekad dan kreativitas. Dengan berbekal Rp 15 ribu (lima belas ribu rupiah), Masfuk menuju Jepara. Singkat cerita, melalui ‘lobby’ tingkat tinggi, seorang pengusaha Jepara memperbolehkan Masfuk membawa berbagai aksesoris perhiasan. Hal ini, ia jadikan sebagai modal awal berjualan.

Singkat cerita, dengan tekad dan niat tersebut, melalui gerai sederhana di swalayan Sinar, Surabaya, akhirnya menghantarkannya pada tonggak keberhasilan. Sepuluh tahun kemudian (2002), modal Rp 15 ribu berkembang menjadi Rp 15 milyar. Realitasnya, didukung dari berawal berupa perusahaan-perusahaan kecil, sekarang telah memiliki lima perusahaan besar dengan aneka bidang usaha.

Manusia Kreatif

Untuk mewujudkan atau membangun kreativitas dalam jiwa seseorang, tentu dibutuhkan suatu inovasi atau perubahan yang panjang. Menurut Arvan Pradiansyah (2002), segala sesuatu yang ada di dunia ini dapat diubah, kecuali tiga hal. Pertama, adalah perubahan itu sendiri. Kedua, hukum alam. Dan ketiga, adalah kenyataan bahwa manusia itu memiliki pilihan dalam kondisi sesulit apapun.

Pada tataran ini, sehingga proses inovasi kreativitas akan bersentuhan dan dibangun pada dasar maupun ruang yang berkait dengan pemikiran, praktik, inkubasi, evaluasi dan implementasinya dari proses inovasi kreativitas itu sendiri.

Melalui proses inovasi semacam itulah, selanjutnya akan terlahir sosok manusia yang kreatif. Ada beberapa ciri yang dapat memposisikan seseorang itu termasuk dalam golongan manusia kreatif. Ciri-ciri yang menyelimutinya, antara lain adalah ia pintar, tapi tidak harus jenius dan memiliki kemampuan baik/maksimal dalam menjalankan ide-idenya.

Selain itu, ia juga memiliki pandangan positif terhadap diri sendiri, peka terhadap orang lain dan lingkungan di sekitarnya, memiliki inspirasi dan motivasi dari masalah-masalah nyata yang dilihatnya, menghargai kebebasan dan perbedaan pendapat, cenderung kaya akan fantasi dalam hidupnya, orang kreatif ini bersikap fleksibel dan biasanya lebih memberikan arti dari sebuah masalah.

Mengembangkan Kreativitas

Ada hal-hal yang bisa dilakukan oleh kita dalam usaha mengembangkan kreativitas ini, yaitu setiap kita harus dapat belajar mengenal hubungan kausalitas yang terjadi di sekitar kita. Selain itu, kita juga perlu mengembangkan hubungan fungsional secara benar dengan diimbangi melalui maksimalisasi dalam mengembangkan potensi akal. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kita harus yakin bahwa setiap orang mampu berbuat kreatif. Karena tiap orang itu memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh orang lain.

Keberadaan pola-pola tersebut dalam mengembangkan kreativitas itu, sebenarnya akan beriringan dengan pola berpikir lateral. Menurut Edwar de Bono, berpikir lateral akan mengajarkan manusia untuk mencari terobosan cara berpikir guna mendobrak sistem berpikir vertikal (baca: kaidah baku tradisional-pen). Selain itu, berpikir model ini merupakan proses penggunaan informasi untuk menumbuhkan kreativitas dan membangun kembali pemahaman.

Dua kekuatan berupa kreativitas dan berpikir lateral ini, tentu memiliki posisi strategis dalam pengembangan setiap usaha yang kita bangun. Karena kalau bisnis dan usaha kita ingin tetap bertahan (baca: “langgeng”) dalam persaingan yang sehat, maka syaratnya tidak lain adalah harus memiliki daya kreativitas yang tinggi.

Dalam hal ini, bukankah dalam ajaran Islam kita disuruh dalam menyampaikan sesuatu hal itu, hendaknya menggunakan bahasa yang dimengerti oleh kaumnya. Artinya dengan kreativitas dalam berbisnis dan berusaha, maka tujuan kita tersebut akan mudah sampai kepada kalayak sasaran (baca: segmen pasar kita).

Lebih dari itu, kita harus sadar betul bahwa entrepreneur sejati adalah tidak akan memposisikan berapa besarnya uang sebagai modal usaha. Tapi, kreativitaslah di atas modal uang itu. Waallahu’alam.***


Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, http://www.miqra.blogspot.com.

ADA EBOOK GRATIS SEBAGAI BONUS YANG WAJIB ANDA BACA:
· Buku Sukses Untuk Anda. Klik di sini ….

· Peta Harta Karun, Menulis Buku & Menerbitkannya Sendiri, dll klik disini…

12 August 2007

Aktualisasi Diri Bikin Wirausahawan Mandiri

Penulis: ARDA DINATA
Email:
arda.dinata@gmail.com
Filed In/ Content: Reseller, Marketing, Motivation, Inspirasi Bisnis & Wirausaha.

Abu Darda sahabat Rasulullah saw, usianya sudah sangat tua. Aktivitas sehari-harinya tidak terlepas dari kegiatan bertani dan bercocok tanam. Suatu hari lewat seseorang di depannya. Saat itu Abu Darda sedang menanam pohon asam. Berkatalah orang itu, “Mengapa kamu menanam pohon itu? Kamu kan sudah lanjut usia, padahal pohon itu akan berbuah dalam rentang waktu amat lama?” Apa jawab Abu Darda? “Saya hanya mengharap pahalanya, dan biarlah orang lain yang memakan buahnya,” jawabnya.

KISAH tersebut, telah memberikan banyak inspirasi dan pelajaran bagi mereka yang mampu menangkapnya. Berkait dengan berwirausaha, setidaknya dari kisah itu ada dua pesan yang bisa kita tangkap. Pertama, setiap kita hendaknya dapat mengaktualisasikan diri dalam hidup ini. Kedua, melalui pemberdayaan diri maka kita akan memproleh kesuksesan di kemudian hari. Sukses tidak lain dimaknai sebagai sesuatu yang dapat dinikmati oleh sendiri dan orang lain.

Dalam berwirausha, ada hal yang patut disadari oleh pelaku wirausaha, diantarnya adalah berupa karunia Illahi. Pada diri manusia, setidaknya ada empat karunia Illhi yang patut diberdayakan yaitu kesadaran diri, suara hati, imajinasi kreatif dan kebebasan memilih dan memiliki. Modal ini apabila dapat kita fungsikan secara benar dan tepat, tentu akan membuahkan kesuksesan dalam hidup (termasuk dalam berwirusaha).

Kalau kita sadar, seprti diakui Tatty SB Amran (1997), hidup memang proses memilih dimana sikap dasar menuju sukses ada tiga langkah: (1) Berani melangkah –memilih untuk mengambil langkah---, (2) Rela melakukan the extra mile –memilih untuk melakukan kegiatan yang memberikan hasil optimal, dan berkorban untuk mencapai hasil terbaik--; (3) Selalu bersikap inside-out ---memilih untuk internalisasi yaitu mengapa mencari di luar kendali, jika bisa mendapatkan yang dalam jangkauan diri sendiri--.

Bagi sosok wiraushawan sejati, langkah tersebut jelas-jelas akan berdampak pada kesuksesan rajutan dari tampilan aktulisasi diri dalam berwirausaha. Dan kalau diruntut, ternyata aktulisasi diri ini muncul merupakan hasil dari proses belajar yang tiada henti tentang berbagai hal.

Dengan aktivitas belajar secara terus menerus tentang kewirausahan, maka seorang wiraushawan tentu diharapkan akan terjadi pergeseran sikap mental dan perilaku wirausaha dari mentalitas ingin menjadi worker society bergeser pada “employee.”

Adapun perbedan antara worker dan “employee” adalah:

1. Employee itu terus menerus mengembangkan kemampuannya, sedangkan worker menggunkan siklls yang relatif tetap.

2. Employee itu dapat memutuskan apa yang harus dilakukannya pada mesin, sedangkan apa yang dilakukan worker ditentukan mesin.

3. Employee itu pada dasarnya tidak diawasi, hanya perlu “span of responsibility,” sedangkan worker hanya harus diawasi melalui “span of control” sepanjang garis organisasi.

4. Employee itu memiliki means of production, yaitu informasi, sedangkan worker tidak memilikinya.

Aktualisasi Diri

Dewasa ini dunia wirausha dan bisnis terus mengalami perubahan yang ditandai oleh beberapa karkteristik, diantaranya berubah secara dinamis, elmen lingkungan wirausha berinteraksi secara kompleks, membentuk globalisasi dalam kelompok-kelompok dan menghadapi kendala lingkungan hidup (baca: sumber dya alam).

Kenyataan tersebut, tentu harus disikapi dengan kesadaran diri atas kemampuan mengaktulisasikan segala potensi yang telah dikarunikan Allah Swt pada diri manusia. Sejalan dengan ini, H.D. Sudjana (1993) melihat pentingnya pendekatan aktulisasi diri pada diri seseorang.

Pendekatan tersebut, menurut Sudjana didasarkan atas pandangan bahwa orang memiliki potensi atau kemampun di dalam dirinya untuk berkembang. Kemampuan diri itu harus diidentifikasi untuk kemudian diaktualisasikan sehingga kemampuan itu akan berguna bagi kemajuan kehidupannya. Pendekatan aktualissi diri ini mempunyai empat ciri, yaitu Pertama, proses aktualissi diri bertolak dari dan ditimbulkan oleh diri sendiri. Kedua, belajar melalui pasangan belajar. Ketiga, membantu munculnya konsep diri yang positif pada diri sendiri warga belajar. Keempat, mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas.

Dengan melalui keempat pendekatan tersebut, maka akan menghantarkan seorang wirausahawan pada puncak kemandirian usahanya. Dalam konteks ini, Lilly H. Setiono (2002) mengungkapkan bahwa untuk menjadi seorang wirausahawan mandiri, ada tiga jenis modal utama yang mesti dimilikinya.

(1) Sumber daya internal yang merupakan bagian dari pribadi calon wirausahawan, misalnya kepintaran, ketrampilan, kemampuan menganalisa dan menghitung risiko, keberanin atau visi jauh ke depan.

(2). Sumber daya eksternal, mislnya uang yang cukup untuk membiayai modal usaha (baca: tidak akan memposisikan berapa besarnya uang sebgai modal usaha, tapi lebih pada kreativitas-Pen) dan modal kerja, social network dan jalur demand/supply, dan lainnya.

(3) Faktor x, misalnya kesempatan dan keberuntungan.

Akhirnya, seorang calon usahawan harus menghitung dengan seksama, apakah ketiga sumber daya tersebut ia miliki sebagai modal. Jika faktor-faktor itu dimilikinya, maka ia akan mencapai aktualissi diri yang menghantarkan pada kemandirian usahanya. Lebih-lebih hal ini didukung dengan usaha maksimal dalam mengembangkan karunia Illahi yang telah ada dalam pribadi seseorang.
Wallahu’alam.***

Arda Dinata, adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, http://www.miqra.blogspot.com.

ADA EBOOK GRATIS SEBAGAI BONUS YANG WAJIB ANDA BACA:
· Buku Sukses Untuk Anda. Klik di sini ….

· Peta Harta Karun, Menulis Buku & Menerbitkannya Sendiri, dll klik disini…

06 August 2007

Wirausahawan Harus Pahami Konsumen

Penulis: ARDA DINATA
Email:
arda.dinata@gmail.com
Filed In/ Content: Reseller, Marketing, Motivation, Inspirasi Bisnis & Wirausaha.

Ada dua faktor yang sangat menentukan dalam terjadinya kegiatan berwirausaha yaitu produsen dan konsumen. Tanpa ada kedua faktor ini, proses berwirausaha tidak akan terjadi. Untuk itu, kedua belah pihak harus memahami posisinya masing-masing secara seimbang.

Dalam hal ini, seorang wirausahawan selaku produsen (penjual) harus sangat memahami perannya sebagai “pelayan” bagi konsumen (pembeli). Ada sebuah ungkapan bahwa, “Customer is the king.” Jika seorang wirausahawan selalu memahami fakta ini, maka dia akan sukses sebagai wirausahawan.

Di sinilah, kelihatannya kehebatan seorang wirausahawan itu. Dalam pribadinya akan terhujam bahwa dalam setiap hambatan itu merupakan (jadi) peluang; ia selalu berusaha mengasah IQ-nya dengan kemampuan mengatasi setiap tantangan; dan ia memiliki mentalitas sang juara sejati.

Aktualisasi dari sikap untuk menggapai kepuasan konsumen itu, maka setiap wirausahawan harus memahami kebutuhan konsumennya. Kebutuhan konsumen didefinisikan sebagai suatu kondisi kesenjangan atau pertentangan yang dialami komsumen, yaitu antara kenyataan yang ada dengan dorongan dalam hatinya. Dalam pengertian lain, dapat diartikan pula sebagai daya pendorong dalam diri konsumen untuk melakukan aktivitas-aktivitas pembelian, agar kepuasan kebutuhannya tercapai.

Bentuk perilaku yang ditimbulkan dari aktivitas transaksi tersebut ada dua kemungkinan. Yakni perilaku konsumen yang kecewa, apabila kebutuhannya tidak terpenuhi dan perilaku konsumen yang puas (gembira), karena kebutuhannya terpenuhi. Yang terakhir ini, kelihatannya yang harus selalu diciptakan oleh para wirausahawan muslim.

Tipologis Kebutuhan

Untuk menggapai kesuksesan berusaha menjual produk yang kita miliki, maka tentunya terlebih dahulu seorang wirausahawan harus memahami kebutuhan-kebutuhan dari para konsumennya.

Dalam memahami kebutuhan konsumen ini, tidak ada salahnya kita belajar memahami dari apa yang pernah diungkapkan oleh dua orang psikolog, yaitu Abraham Maslow dan David McLelland.

Berdasarkan tingkatannya (hierarki), Abraham Maslow mengungkapkan bahwa tipologis kebutuhan individu itu meliputi: (1) Kebutuhan fisiologis. Yakni kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernafas, dan seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat sebagai terendah kebutuhan paling besar.

(2) Kebutuhan rasa aman. Yakni kebutuhan akan perlindungan dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.

(3) Kebutuhan untuk merasa memiliki. Yakni kebutuhan untuk diterima dalam kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai.

(4) Kebutuhan harga diri. Yakni kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain.

(5) Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri. Yakni kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, pengetahuan, dan potensinya. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan gagasan, memberi penilaian dan kritikan terhadap sesuatu hal.

Lebih lanjut diungkapkan, bahwa kebutuhan tersebut dapat digambarkan seperti bentuk piramida, yaitu kebutuhan yang terpuaskan untuk orang dewasa minimal 85 persen kebutuhan fisiologis, 70 persen kebutuhan rasa aman, 50 persen kebutuhan memiliki dan mencintai, 40 persen kebutuhan harga diri, dan 10 persen kebutuhan aktualisasi diri.

Sementara itu, David McLelland mengungkapkan bahwa ada tiga macam kebutuhan individu, yaitu: Pertama, kebutuhan untuk berprestasi (Need for achievement), merupakan refleksi dari dorongan tanggung jawab terhadap suatu masalah.

Konsumen yang mempunyai kebutuhan untuk berprestasinya tinggi, cenderung berani mengambil risiko. Kebutuhan tersebut yaitu kebutuhan untuk melakukan pembelian yang lebih baik daripada sebelumnya, dan selalu berkeinginan untuk mendapatkan barang serta pelayanan lebih baik.

Kedua, kebutuhan untuk berafiliasi (Need for affiliation), merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Konsumen yang mempunyai kebutuhan untuk berafiliasinya tinggi, cenderung bersikap ramah, dan senang bergaul dengan produsen (penjual).

Ketiga, kebutuhan untuk kekuasaan (Need for power), merupakan refleksi dari dorongan untuk mencapai pengaruh tertentu. Konsumen yang mempunyai kebutuhan untuk memperoleh kekuasaan yang tinggi, cenderung untuk menguasai/mengendalikan produsen (penjual).

Kepuasaan Konsumen

Dengan memahami adanya kebutuhan diantara individu sebagai calon konsumen dari usaha kita, maka saya yakin anda dapat merencanakan usaha apapun secara tepat. Berkait dengan usaha menggapai kepuasan konsumen ini, yang perlu diperhatikan dalam memulai berusaha antara lain adalah menyangkut produk yang kita pasarkan haruslah halal; menentukan strategi penentuan harga; promosi yang tidak berbohong; dan memperhatikan tempat atau proses distribusi produk yang dipasarkan. Syarat ini, biasanya untuk jenis usaha yang berupa barang.

Sedangkan untuk usaha jasa, maka yang harus diperhatikan diantaranya adalah sangat tergantung pada manusia/ pengelola jasa tersebut. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah proses dari pembuatan jasanya itu sendiri, dan penampilan tempat serta orangnya.

Dalam bahasa lain menurut Aa Gym, kiat sukses berwirausaha itu adalah bagimu limamu.Yakni jaga mutu, murah, mudah, mutakhir dan multi manfaat. Wallahu’alam.***


Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, http://www.miqra.blogspot.com.

ADA EBOOK GRATIS SEBAGAI BONUS YANG WAJIB ANDA BACA:
· Buku Sukses Untuk Anda. Klik di sini ….

· Peta Harta Karun, Menulis Buku & Menerbitkannya Sendiri, dll klik disini…

04 August 2007

Wirausahawan, Jadilah Seorang Achiever!

Penulis: ARDA DINATA
Email:
arda.dinata@gmail.com
Filed In/ Content: Reseller, Marketing, Motivation, Inspirasi Bisnis & Wirausaha.

HIDUP manusia itu berisi perjuangan. Perjuangan hidup itu sendiri berarti berusaha terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Aktivitas demikian, bagi umat Islam merupakan suatu kewajiban agama, bukan hanya tuntutan hidup semata-mata.

Adapun salah satu peran dalam hidup ini, diantaranya menjadi wirahusawan. Untuk meraih seorang wirausahawan yang sukses, memang bukan sesuatu yang mudah dan sering kali harus berhadapan dengan rintangan dan tantangan. Namun demikian, bukan berarti kita tidak mungkin mencapainya. Dalam hal ini, Allah SWT dalam Alquran memberi petunjuk kepada kita sebagai berikut: “Apabila telah selesai shalat, maka hendaklah kalian bertebaran di muka bumi dan carilah karunia Allah, dan sebutlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kalian memperoleh keberuntungan.” (QS. 62: 10).

Ciri Achiever

Tokoh wirausahawan sukses itu, tidak lain adalah seorang achiever. Who is Achiever? Tingkah laku dan sikap seorang achiever itu akan mencerminkan dirinya sebagai bagian dari pemecah masalah; memandang sesuatu yang rumit menjadi sederhana; mampu memotivasi; adanya kendala menjadi peluang; sesuatu itu sulit, tapi mungkin; dan bangkit dari setiap kegagalan.

Lawan dari achiever adalah looser. Tingkah laku dan sikap seorang looser, diantaranya adalah ia merupakan bagian dari masalah; sesuatu yang sederhana menjadi rumit; harus dimotivasi; peluang menjadi kendala; sesuatu itu mungkin, tapi sulit; dan tenggelam dalam setiap kegagalan.

Memang, untuk mencapai pribadi seorang achiever itu tidak terbentuk hanya dengan “simsalabim”. Tapi, untuk membangunnya ia memerlukan proses yang amat panjang dan penuh kesabaran. Setidaknya, ada sepuluh ciri yang membentuk pribadi seseorang itu menjadi seorang achiever.

1. Percaya diri. Ciri ini perlu dimiliki oleh seorang achiever. Bagaimana ia akan dinilai dan menilai orang lain, kalau dirinya sendiri tidak percaya terhadap kemampuan yang diberikan Allah SWT pada dirinya. Adanya ketidak percayaan diri ini, ternyata dapat menghambat keberhasilan seseorang. Bagaimana pun percaya diri yang kita miliki itu, perlu kita syukuri dan dipelihara karena nilainya teramat mahal.

2. Berani mengambil resiko. Setiap tindakan itu mengandung resiko. Begitu juga dalam berwirausaha. Tapi, masalahnya kadangkala kita tidak memperhitungkan efek jangka panjang yang akan terjadi. Seorang achiever itu, ia mampu dan berani mengambil resiko dari setiap tindakannya. Hal itu, didasari dengan suatu pikiran yang matang dan telah dipertimbangkan efek positif dan negatifnya serta berfikir panjang.

3. Senang ambiquitas (mendua). Ambiquitas di sini, bukan berarti ia plin-plan. Tapi, konsep mendua ini, berarti dia tidak hanya berpikir satu cara saja untuk mencapai visi dan keinginan yang telah terpatri dalam jiwanya. Ia berusaha untuk dapat menyelesaikan setiap masalah dan mencapai cita-cita yang akan diraihnya. Dalam pikirannya, tidak ada kata gagal, susah, tidak bisa, tidak mungkin, dll. Sikap ini, mengajarkan kepada kita agar selalu optimis menatap masa depan.

4. Etos kerja kuat. Kita harus selalu belajar dari pengalaman-pengalaman orang lain. Kita melihat, bagaimana orang-orang Singapura begitu maju dan “kaya raya”, padahal kekayaan alamnya tidak sekaya negeri Indonesia. Kunci utamanya, ia memiliki etos kerja yang kuat. Orang-orang Singapura mempunyai prinsip, “Singapura adalah negaraku, tapi dunia adalah pasarku.” Atas dasar ini, Singapura walaupun negaranya kecil, tapi ia termasuk negara kaya. Ia tidak memikirkan batas-batas teritorial lagi untuk memasarkan hasil karyanya (baca: lebih-lebih sekarang di era globalisasi). Pertanyaannya, mau atau tidak kita meniru bangsa Singapuran dalam melakukan wirausha itu?

5. Visi intuitif. Kalau kita ingin menjadi seorang achiever, maka syarat ini harus telah ada dalam pola pikirnya. Wawasan dan pola pikir kita harus sudah terlatih berpikir jauh ke depan. Bagaimana dan apa yang akan dilakukan oleh kita satu tahun atau lima tahun ke depan. Hal ini, tentu harus sudah tergambar dalam benak seorang wirausahawan.

6. Ada keinginan kuat menjadi trampil (konstan ritualiting). Ketrampilan ini merupakan salah satu syarat untuk menjadi profesional. Seorang achiever harus selalu berusaha menjadi trampil. Trampil di sini, tentu dikaitkan dengan bidang usaha yang akan dan atau yang sedang kita geluti saat ini. Bukankah, hanya orang-orang yang trampil dan profesionallah yang akan mampu meraih peluang di era globalisasi dewasa ini.

7. Menerapkan prinsip-prinsip pergaulan (human relation). Almarhum Panglima Jenderal Sudirman, pernah berpesan, “Kalau kita ingin menang, maka susunlah kekuatan. Kunci kekuatan itu ialah persatuan dan kesatuan. Langkah mencapai persatuan dan kesatuan, tidak lain kita harus sebarkan sayap ukhuwah atau silaturahmi sesama manusia.” Makna dari pesan ini, tentu perlu kita tanamkan dalam kalbu, karena kekuatannya begitu luar biasa dalam mencapai sukses. Jadi, inti dari kemenangan adalah ukhuwah, silaturahmi, human relation sesama manusia. Dan yang terpenting dalam melakukan hubungan atau pergaulan itu adalah hendaknya selalu diniatkan secara ikhlas mengharap ridha-Nya.

8. Berpikir positif (positif thingking). Berpikir positif, berarti berhenti menyalahkan orang lain dan selalu mawas diri. Selain itu, kita juga hendaknya berusaha menghilangkan sifat menuntut, membandingkan dan mengeluh pada diri sendiri dan orang lain. Lebih dari itu, mereka yang berpikir positif ini akan memperlihatkan sikap berani mengambil hikmah dari setiap kejadian.

9. Berpikir besar (back thingking). Kalau kita ingin menjadi “besar,” maka paling tidak pertama-tama yang ada dari sekarang adalah kita harus bersikap seperti orang-orang besar (baca: orang-orang sukses). Demikian pula halnya bila kita ingin sukses, maka sikap kita harus dapat mencontoh apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang sukses tersebut.

10. Antusias. Seorang achiever adalah orang-orang yang memiliki antusiasme tinggi dalam mewujudkan cita-citanya. Bisnis itu bukan merupakan pertarungan orang-orang kaya, pandai, memiliki kedudukan, dll. semata-mata. Tapi lebih dari itu, ia adalah orang-orang antusias. Sehingga untuk mencapai perilaku antusias, maka kita hendaknya selalu bertindak antusias dan insya Allah anda akan menjadi antusias. Langkah selanjutnya, adalah gumuli pekerjaan anda itu, pelajari, tekuni, hidupi, dapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan akhirnya tanpa sadar anda akan menjadi antusias.

Akhirnya dalam menggapai menjadi seorang wirausahawan yang sukses, syaratnya kita terlebih dahulu harus membangun dalam diri kita berupa sifat-sifat seperti yang telah dimiliki oleh seorang achiever di atas. Dengan diraihnya predikat pribadi seorang achiever dan berdoa terhadap Sang pemilik kesuksesan itu sendiri, yaitu Allah SWT, maka insya Allah predikat wirausahawan sukses dapat kita gapai. Wallahu’alam. (Bdg, 10/7/02)***

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia,

Tangga-tangga Kesuksesan Wirausahawan

Penulis: ARDA DINATA
Email:
arda.dinata@gmail.com
Filed In/ Content: Reseller, Marketing, Motivation, Inspirasi Bisnis & Wirausaha.

ISLAM tidak hanya mengajarkan kepada pemeluknya untuk beribadah semata, tapi juga mengajarkan untuk beramal. Apabila beramal itu, diartikan bekerja, maka hendaknya bekerja yang dilakukan dapat meraih prestasi terbaik. Bukankah, arti kata Islam itu sendiri mengandung tiga makna: keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan.

Berkait dengan yang terakhir itu, K.H. Alie Yafie menjelaskan bahwa untuk meraih kesejahteraan ini, Islam sangat mendorong ummatnya untuk bekerja sebaik-baiknya dengan meraih prestasi. Walau demikian, lebih jauh beliau mengungkapkan, Islam tidak hanya sekedar memerintahkan untuk bekerja tanpa kendali. “Antara iman dan amal (kerja), harus selalu ada interaksi,” ujarnya.

Dalam tulisan yang lalu (baca: Wirausahawan, jadilah seorang achiever!), penulis mengungkapkan bahwa tokoh wirausahawan sukses itu, tidak lain adalah seorang achiever. Bagi seorang achiever ini dalam merangkai dan menggapai derajat kesuksesan dalam berwirausaha, maka ia harus menaiki tangga-tangga kesuksesan berwirausaha.

Menurut Murphy and Peck (1980: 8), ada delapan anak tangga yang harus dilewati dalam mengantarkan seseorang menuju puncak kesuksesan (karir). Delapan anak tangga ini tentu dapat pula kita terapkan bagi seorang wirausahawan dalam menggapai puncak kesuksesan usahanya.

1. Kemauan bekerja keras (Capacity for hard work).

Kerja keras adalah modal dasar untuk keberhasilan seseorang dalam berwirausaha. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang di antara kamu yang melakukan suatu pekerjaan dengan baik (ketekunan).” (HR. Baihaqi).

Rasulullah sendiri sangat marah melihat orang malas lagi suka berpangku tangan. Bahkan, dalam suatu waktu Rasulullah Saw. memberi hadiah kampak dan tali kepada seorang laki-laki, agar mau bekerja keras mencari kayu dan menjualnya ke pasar. Akhirnya, dengan modal kerja keras, laki-laki itu mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya. Untuk itu, kita disarankan untuk tidak tidur sesudah subuh, cepatlah bangun dan mulailah melakukan kegiatan untuk hari tersebut.

Sikap kerja keras ini harus dimiliki oleh setiap wirausahawan. Dalam hal ini, unsur disiplin memainkan peranan penting. Karena bagaimana orang mau bekerja keras jika disiplin tidak ada. Untuk itu, setiap wirausahawan adalah sosok yang mampu mengelola dan memanfaatkan waktu secara tepat dan benar.

2. Mampu bekerjasama dengan orang lain (Getting things done with and through people).

Setiap wirausahawan, hendaknya mampu memanfaatkan potensi orang lain yang ada di sekitarnya, dalam upaya mencapai tujuan berwirausaha. Untuk itu, perbanyak teman dengan orang-orang di bawah kita (mungkin sebagai anak buah) atau orang di atas kita (mungkin sebagai majikan). Dan kita juga hendaknya menghindarkan terjadinya permusuhan antara sesama manusia.

Dalam arti lain, dengan menggunakan tenaga orang lain, maka tujuan mudah tercapai. Inilah yang disebut dengan manajemen. Yakni ilmu dan seni dalam menggunakan tenaga orang lain untuk mencapai tujuan yang dinginkan.

Untuk itu, seorang wirausahawan harus mampu dan mudah bergaul, disenangi, tidak suka memfitnah, sok hebat, arogan, menggunting dalam lipatan, dan perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam lainnya. Tepatnya, ia harus berperilaku menyenangkan bagi semua orang sehingga mudah bekerjasama dalam menggapai kesuksesan.

3. Penampilan yang baik (Good appearance).

Seorang wirausahawan bukan semata-mata berarti penampilan body face (baca: memiliki paras cantik/ganteng). Akan tetapi lebih ditekankan pada penampilan perilaku jujur dan disiplin.

Kebanyakan kita, kadangkala tertipu dengan rupa nan cantik/ganteng, tapi nyatanya ia merupakan seorang penipu ulung. Untuk itu, janganlah kita tertipu dengan penampilan fisik semata. Dan bagi seorang wirausahawan yang ingin sukses, maka yang mesti diperhatikan adalah kualitas pribadinya harus lebih baik dari penampilan fisiknya. Bukankah, seorang yang memiliki pribadi yang baik, akan disenangi banyak orang dan dia akan sukses bekerja dengan siapa saja.

4. Keyakinan Diri (Self confidence).

Perilaku hidup seseorang merupakan refleksi dari apa yang ia pikirkan. Kondisi keyakinan diri ini akan mampu menyingkirkan semua kesukaran, berbagai masalah, dan kendala dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk itu, hidup (berwirausaha) harus memiliki keyakinan diri bahwa kita akan sukses melakukan suatu usaha, jangan ragu lagi bimbang. Pendeknya, kita harus luruskan niat untuk bekerja dengan baik, sempurnakan ikhtiar dan kemudian berserah diri serta bertawakal kepada Allah SWT.

5. Pandai membuat keputusan (Making sound decision).

Dalam berwirausaha, kita tentu akan dihadapkan pada berbagai alternatif, harus memilih, maka langkah yang dapat anda lakukan adalah membuat pertimbangan yang matang. Caranya, kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, lalu segera ambil keputusan dan jangan ragu-ragu berdasarkan pemikiran yang matang dan tepat.

6. Pendidikan (College education).

Salah satu anak tangga yang patut anda gapai untuk menjadi seorang wirausahawan sukses ialah kegemaran anda untuk selalu menambah ilmu pengetahuan (baca: mendidik diri sendiri) yang dapat menunjang kesuksesan usaha yang sedang kita geluti saat ini.

Bagi seorang wirausahawan, perilaku penambahan ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, bila kita ingin tetap eksis dalam berusaha. Berkait dengan ini, Rasulullah Saw. mewajibkan bagi setiap muslim untuk menuntut ilmu, dari ayunan sampai ke liang kubur.

7. Ambisi untuk maju (Ambition drive).

Ambisi yang proporsional merupakan sesuatu sikap positif yang perlu dimiliki bagi para wirausahawan yang ingin sukses. Roh ambisi ini akan melahirkan orang-orang yang gigih dalam mengeluti pekerjaan dan tantangan. Orang yang memiliki ambisi ini, biasanya banyak yang berhasil dalam kehidupannya. Karena pikiran dan tindakannya akan berjuang untuk menggapai apa-apa yang dicita-citakannya tersebut.

8. Pandai berkomunikasi (Ambility to communicate).

Seorang wirausahawan harus selalu membangun kepandaian dalam berkomunikasi. Pandai berkomunikasi berarti pandai mengorganisasikan buah pikiran ke dalam bentuk ucapan yang jelas, tutur kata yang enak, dan mampu menarik perhatian orang lain.

Kemampuan berkomunikasi seperti itu, tentu akan lebih baik lagi seandainya diikuti dengan perilaku jujur dan konsisten dalam mengembangkan karir usahanya untuk masa depan yang lebih baik.

Akhirnya, semakin kita sering membangun dan berusaha menggapai anak tangga kesuksesan tersebut dalam berwirausaha, maka insya Allah kesuksesan dalam berwirausaha akan mengikuti dengan sendirinya. Waallahu’alam.***

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia,

Menjual Merupakan Perbuatan Mulia

Penulis: ARDA DINATA
Email:
arda.dinata@gmail.com
Filed In/ Content: Reseller, Marketing, Motivation, Inspirasi Bisnis & Wirausaha.

KATA ‘menjual’, mungkin tidak asing terdengar di telinga kita. Mengapa, karena kegiatan ‘menjual’ ini telah perpatri dan menyelimuti setiap lini kehidupan manusia. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta, kata menjual berarti memberikan sesuatu dengan mendapat ganti uang.

Menyikapi dari pengertian tersebut, penulis mempunyai persepsi bahwa kata uang di sini, bisa diartikan dengan uang yang sesungguhnya atau nilai-nilai dan mungkin juga tidak dapat diukur dengan uang itu sendiri. Mengapa, tema ‘menjual’ penulis angkat kepermukaan? Mungkin, alasan yang paling gampang adalah karena di masyarakat kita kadang-kadang suka menyepelkan dan melihat dengan sebelah mata terhadap profesi ‘menjual’ ini. Padahal kalau kita renungkan dan cermati lebih jauh dari keberadaan profesi ‘menjual’, maka kita setidaknya akan berkata ini merupakan perbuatan mulia dan mengandung misi sosial yang sangat dalam. Mari kita buktikan!

Merujuk pada masa kehidupan Rasulullah Saw, ternyata Beliau adalah seorang ‘penjual’; ‘pedagang’ yang mumpuni. Bermodalkan suatu kejujuran dan akhlak yang mulia, sampai sekarang perilaku dagangnya banyak dicontek (baca: diikuti) oleh para pelaku ekonomi di seluruh dunia, tak terkecuali para pedagang non muslim.

Sekarang kita tengok ke belakang dari sejarah bangsa kita sendiri. Bangsa Indonesia selama kurang lebih 350 tahun dijajah oleh para pedagang dari negeri Eropa, berawal dari kegiatan dagang yang kecil-kecil, seperti teh, kopi,dll. Baru setelah para pedagang mempromosikan ke negeri asalnya, kemudian muncullah bangsa Belanda yang kelihatannya lebih berhasrat lagi menguasai hasil bumi Indonesia. Singkatnya, penjajahan itu ada berawal dari proses ‘menjual’. Yakni karena sifat manusia itu kadang-kadang serakah, maka timbullah rasa ingin menguasai (menjajah).

Mencermati kedua historis tersebut, jelaslah bahwa dari kegiatan ‘menjual’, ‘berdagang’ itulah akan muncul 101 macam cerita dan perilaku manusia yang khilaf. Lantas, apa sebenarnya misi dan akibat yang bisa ditimbulkan dari kegiatan ‘menjual’ ini? Setidaknya ada tiga hal yang bisa kita renungkan dari proses ‘menjual’ ini. Pertama, menjual adalah perbuatan mulia. Bayangkan saja oleh Anda, apabila sebuah perusahaan yang terus menerus memproduksi suatu barang tanpa dia melakukan proses ‘menjual’. Apa yang akan terjadi? Tentunya, para pegawainya tidak bisa digaji dan perusahaan akan bangkrut. Yang jelas, dengan melakukan proses ‘menjual’, tentunya kita dapat menghidupkan kegiatan perusahaan dan secara tidak langsung menolong para karyawannya. Inilah perbuatan mulia (kalau diniatkan untuk ibadah kepada Allah SWT) dari seorang ‘penjual’.

Kedua, ‘menjual’ pada dasarnya merupakan perbuatan yang dimiliki manusia sejak lahir. Dengan kata lain, ‘menjual’ merupakan perbuatan alamiah dan fitrah manusia. Apa buktinya? Pada saat bayi kita (lahir) dan menangis, sebenarnya ia sudah melakukan transaksi ‘menjual’ agar ibunya segera memperhatikan dirinya dan mendekapnya (baca: mendapatkan perlindungan dan perhatian). Dan ternyata, setelah ibunya menyusui atau mendekapnya sang bayi berangsur-angsur mereda tangisnya. Kejadian ini mengajarkan kepada kita akan ilmu Allah SWT tentang proses ‘menjual’.

Ketiga, tanpa adanya kegiatan ‘menjual’, maka dunia ini akan “kacau”. Coba bayangkan oleh Anda, apabila sehari saja di dunia ini tidak terjadi proses ‘menjual’. Misalnya tukang beras tidak lagi menjual berasnya, tukang sayur tidak lagi menjual sayurannya, supir angkot tidak lagi menjual jasanya, PLN dan PDAM tidak lagi menjual jasanya, ….dll, maka apa yang akan terjadi? Tentunya manusia akan beteriak, menjerit, ribut dan yang jelas dunia akan menjadi tidak beraturan (“kacau balau”). Sekarang masihkah Anda meremehkan profesi ‘menjual’? Yang jelas sekarang masalahnya adalah mampukah kita menjalankan proses ‘menjual’ ini di jalan yang diridhai oleh Allah SWT?

Agar kegiatan ‘menjual’ ini mencapai harapan, maka kita harus berlandaskan pada sendi-sendi ‘menjual’ yang diajarkan dalam Islam (misalnya harus jujur, tidak menipu, berakhlak mulia, dll.). Selain itu, seharusnya kita juga terlebih dahulu harus mengetahui tahapan-tahapan dalam seni ‘menjual’. Tahapan dalam seni ‘menjual’ ini dalam istilah manajemen penjualan lebih dikenal dengan istilah AIDA (Attention = perhatian, Interest = minat, Decision = pengambilan keputusan, dan Action = tindakan) atau IDAC (Interest, Desire, Action, dan Closing).

AIDA merupakan tahapan proses yang dialami oleh seorang pembeli, dari mulai sikap cueknya terhadap sesuatu kegiatan proses ‘menjual’ yang Anda lakukan, sampai tindakan para konsumen membeli produk itu. Menurut konsep AIDA, seorang yang ‘menjual’ dituntut untuk pro active. Artinya ia tidak boleh menunggu seseorang dengan rela membeli produk yang dipasarkannya. Seorang yang ‘menjual’ harus selalu berusaha menarik perhatian calon pembeli agar timbul minatnya terhadap sesuatu yang Anda tawarkan. Kemudian setelah itu, Anda membantu para konsumen mengambil keputusan agar ia rela mengeluarkan uangnya.

Sebagai contoh penerapan AIDA, marilah kita amati langkah-langkah yang dilakukan oleh seorang profesional dalam menjual VCD, seperti diungkapkan oleh Ir Permadi Alibasyah (1999: 171) yaitu pertama-tama ia menghiasi tokonya dengan bendera warna-warni; kemudian memasang sound system sekeras-kerasnya (baca: dalam tahap yang tidak mendzolimi/ mengganggu orang lain-Pen) sehingga suaranya menggelegar terdengar di kejauhan (Attention). Orang yang terkena daya tarik ini, menjadi berminat menghampiri tokonya. Kedatangannya segera disambut ramah dengan memperkenalkan berbagai jenis VCD player yang ada; sekaligus memperagakan kecanggihan-kecanggihannya (Interest). Selanjutnya calon pembeli itu digiringnya ke proses pemilihan alternatif, yaitu membantunya memilihkan VCD yang sesuai dengan selera dan kemampuan kantongnya (Decision). Bila calon pembeli itu merasa cocok, maka tentunya transaksi jual beli akan terjadi (Action).

Sementara itu konsep IDAC kelihatannya tidak jauh berbeda dengan AIDA. Yakni pertama-tama berupa Interest (minat, menarik perhatian), artinya dalam menawarkan sesuatu barang/ jasa yang akan kita jual, maka kita diusahakan dapat bersifat menarik. Setelah ada rasa ketertarikkan, kemudian usahakan agar para konsumen menjadi Desire (berhasrat). Apabila para konsumen telah mempunyai rasa tertarik dan didukung oleh rasa berhasrat, ini pertanda 65 persen usaha kita akan berhasil. Untuk itu, cepat-cepatlah anda lakukan Action (tindakan). Yakni dengan mengatakan mau pesan/ ambil berapa, tiga atau empat, ….dan jangan mengatakan beli atau tidak. Setelah ketiga tahapan tersebut Anda lakukan, maka langkah selanjutnya adalah cepat-cepatlah Anda melakukan Closing (menutup), dengan mengatakan “Permisi, maaf…. barangnya saya bungkus atau barangnya diantarkan ke mana (umumnya untuk transaksi pembelian lewat telepon)?”

Selamat mencoba seni ‘menjual’ tersebut dan semoga usaha ‘menjual’ kita mendapat ridha-Nya serta sukses selalu. Amin. Wallahu a’lam.***

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia,